Brussel - Perdagangan Indonesia dengan Afrika saat ini bernilai hampir US$ 10 miliar dan terus meningkat. Berbagai perusahaan Indonesia telah berinvestasi di Afrika di berbagai sektor, antara lain energi, mineral, farmasi, dan pangan.
Hal itu disampaikan Duta Besar RI untuk Kerajaan Belgia, Keharyapatihan Luksemburg dan Uni Eropa Arif Havas Oegroseno pada sambutan sesi pembukaan konferensi Crans Montana Forum (CMF), yang diselenggarakan di Brussel (7-9/3/2013).
Dubes sebelumnya memaparkan bahwa sepuluh negara dari Asia dan Afrika tercatat memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia dengan pertumbuhan di atas 6,8 persen pada tahun 2011.
"Bahkan dua puluh negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia juga berasal dari Asia dan Afrika. Dua belas negara dari Afrika, delapan negara dari Asia, dan tidak satupun negara Barat," ujar Dubes.
Lebih lanjut, diplomat senior Kemlu RI kelahiran Semarang ini menegaskan bahwa Asia dan Afrika dapat terus meningkatkan kerjasama Selatan-Selatan dalam konteks perdagangan multilateral, khususnya melalui partisipasi aktif pada World Trade Organization (WTO).
"Indonesia dan Afrika dapat bekerjasama untuk memperbaiki sistem WTO agar menjadi lebih ramping, adil, transparan, dan sederhana," imbuh Dubes.
Konselor Penerangan, Sosial Budaya dan Diplomasi Publik Riaz J.P. Saehu melalui keterangan pers kepada detikfinance menyebutkan bahwa kerjasama Selatan-Selatan sebenarnya bukan suatu hal yang asing bagi Indonesia dan Afrika.
Dalam kerangka Non-Aligned Movement Centre for South-South Technical Cooperation, salah satu kegiatannya adalah menyelenggarakan pelatihan di bidang agrikultur, ketahanan pangan, perlindungan sosial, pengendalian bencana, dan infrastruktur untuk peserta-peserta dari Afrika dan Asia.
Dalam kesempatan konferensi bertema Africa in 2013: Upheaval & Changes ini, KBRI Brussel dan Crans Montana Forum (CMF) menghadirkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Dr. Mari Elka Pangestu untuk menjadi salah satu pembicara dalam High Level Panel.
Panel ini antara lain membahas isu pemberantasan kemiskinan dan kekurangan gizi pada anak- anak bersama Dirjen UNESCO Irina Bokova, Ibu Negara Afrika Selatan Zikale Zuma dan Zia Uddin Yousufzai, ayah dari Malala Yousufzai.
Kehadiran Menparekraf Mari Elka Pangestu merupakan kesempatan bagi lebih dari 300 orang pemangku kepentingan dari negara-negara Afrika untuk mengenal lebih dekat Menteri Pangestu sebagai kandidat Direktur Jenderal WTO.
Selain itu, Menparekraf juga diacarakan untuk menerima penghargaan CMF yaitu Prix de la Fondation 2013, melakukan pertemuan dengan berbagai pejabat setingkat menteri dari negara-negara Afrika, antara lain Chad, Mali, Gambia, Tanzania dan diwawancarai media UE dan Afrika yang ingin mengetahui lebih jauh visi dan misinya selaku salah satu kandidat Direktur Jenderal WTO.
Crans Montana Forum (CMF) adalah sebuah organisasi internasional terkemuka di Eropa yang berpusat di Swiss dan dibentuk tahun 1986, dengan filosofi Committed to a More Humane and Impartial World (Berkomitmen untuk Dunia yang Lebih Manusiawi dan Adil, red).
CMF secara rutin menyelenggarakan konferensi dan seminar yang menghadirkan tokoh dan pejabat tinggi dari seluruh dunia untuk membahas berbagai isu global. CMF memiliki kerjasama yang baik dengan lembaga-lembaga internasional seperti antara lain PBB, NATO, Uni Eropa, dan Dewan Eropa.
(es/es)