TEMPO.CO, Jakarta - Bagi para pemusik, alat musik berkualitas bagus tentu sangat menunjang mereka dalam bermain di atas pentas. Tak cuma dimainkan, mereka kerap menjadikan alat musik sebagai koleksi. Sama seperti yang dilakukan oleh Gusti Hendy, penggebuk drum grup Gigi.
Kepada Tempo, beberapa waktu lalu di bilangan Kemang, Jakarta Selatan, pria bernama lengkap Gusti Erhandy Rakhmatullah ini mengakui dirinya termasuk orang yang suka mengoleksi drum. »Gue punya delapan set, tapi snare-nya yang banyak. Kalau orang itu punya banyak drum biasanya dijual-jualin,” kata dia santai. »Kalau gue enggak suka jualin drum. Jadi dari drum pertama kali punya sampai sekarang masih ada.”
Hendy mengaku punya jiwa kolektor dalam dirinya. Ia mengoleksi banyak drum aneka merek hingga sekarang. Koleksi ini bisa menunjukkan kelebihan setiap drum dan aneka bahannya, seperti stainless hingga kayu. »Berbeda bahan juga akan menghasilkan jenis suara berbeda,” dia menuturkan.
Hingga kini Hendy mengoleksi delapan drum dan 22 snare. Ia pun mengoleksi drum buatan tahun 1940-an. Menurut Hendy, semakin tua usia sebuah drum, harganya semakin tinggi. Dari delapan drum yang dikoleksinya, hanya satu yang selalu ia pakai sebagai alat andalan ketika manggung.
Pria kelahiran Banjarmasin, 10 Maret 1980, ini menyadari perlunya perhatian ekstratinggi dalam merawat drum beserta snare yang ia koleksi. Setiap hari Hendy meluangkan waktu untuk merawat alat musik andalannya itu. »Kalau enggak dijaga baik-baik, ya, ada aja rusaknya. Kalau gue lihat ada noda setitik aja atau karat sudah stres, aduh bagaimana ini,” sahutnya sambil berekspresi syok.
Merawat drum di Indonesia, menurut dia, tidak semudah di luar negeri. Iklim tropis Indonesia menjadi salah satu alasannya. »Drum itu harus dirawat sendiri. Aku kalau malam, anak-anak sudah tidur, aku ambil dari beberapa rak, aku bersihin satu-satu. Dan itu hampir setiap hari. Karena begini, drum itu sangat sensitif, apalagi kita tinggal di iklim tropis.”
AISHA