Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

Yahoo Indonesia

Written By Sepatu on Minggu, 15 Maret 2015 | 00.55


Kerry says 'important gaps' remain in Iran nuclear deal


US Secretary of State John Kerry said on Saturday that talks on Iran's disputed nuclear programme have made progress, but there were still "important gaps" to overcome. Kerry, who is attending a three-day international investor conference in the Egyptian resort town of Sharm el-Sheikh, said the purpose of the Iran talks was "not just to get any deal, it is to get the right deal". "We made some progress, but there are still some gaps, important gaps." The negotiations are entering their final phase, with Kerry due to meet his Iranian counterpart in Switzerland after the Sharm el-Sheikh conference ends. Six world powers -- Britain, China, France, Russia, the United States and Germany -- aim by the end of this month to nail down the outline of a deal that would prevent Tehran from making a nuclear bomb.


00.55 | 0 komentar | Read More

Xiaomi Tak Sabar Bangun Pabrik di India

Jakarta - India sepertinya menjadi 'anak emas' Xiaomi. Produsen smartphone asal China ini memastikan berinvestasi lebih banyak dan akan mulai produksi handset di negeri itu yang ditargetkan sekitar setahun lagi setelah persiapan selesai.

Xiaomi masuk ke pasar India pada Juli tahun lalu dan sukses besar. Dalam lima bulan, penjualan mereka tembus sekitar sejuta unit. Tak hanya sekadar pabrik, mereka juga akan mendirikan pusat riset di sana.

"Kami ingin berinvestasi lebih dalam di pasar ini, kami ingin memiliki riset dan pengembangan signifikan yang dilakukan di sini, bukan hanya untuk pasar India tapi untuk seluruh dunia," ucap Hugo Barra, Vice President of International Operations Xiaomi yang detikINET kutip dari Reuters, Sabtu (14/3/2015).

Saat ini, Xiaomi sedang mengevaluasi lokasi yang layak untuk mendirikan pusat manufaktur di india. Mereka mendiskusikannya dengan mitra lokal dan pemerintah. Prosesnya diperkirakan memakan waktu sedikitnya setahun.

Barra tidak mengatakan seberapa banyak investasi yang akan dikucurkan Xiaomi untuk India. Ia hanya menegaskan kalau pasar India sangat penting bagi Xiaomi.

"Poin fundamental adalah kami ingin membuat produk yang berakar kuat di India karena negara ini adalah pasar sangat penting bagi kami dan tidak ada yang lebih powerful ketimbang menjadi pemain bisnis lokal," katanya, menambahkan bahwa ada kemungkinan India akan menjadi pusat ekspor bagi Xiaomi.

Saat ini, Xiaomi berjualan online di India melalui website Flipkart. Tapi mereka juga berencana membuka toko fisik sampai 100 lokasi di India tahun ini. Namun mungkin toko tersebut hanya untuk menjajal produk Xiaomi saja sedangkan penjualan tetap lebih banyak dilakukan online.

Memastikan ingin membangun pabrik di India, sejauh ini belum ada komentar Xiaomi soal apakah mereka juga akan melakukannya di Indonesia. Seperti diketahui, mulai Januari 2017, smartphone 4G yang dipasarkan di Indonesia harus memiliki sedikitnya 40% tingkat kandungan dalam negeri atau TKDN.

(fyk/fyk)

00.08 | 0 komentar | Read More

Sebut RI Dilanda Bencana Energi, Ini Solusi Arifin Panigoro

Jakarta -Pendiri PT Medco Energi Internasional Tbk Arifin Panigoro mengatakan, Indonesia tengah berada dalam kondisi bencana energi. Namun, kondisi buruk ini bukannya tak ada solusi.

Dalam diskusi di hari ulang tahunnya ke-70, Arifin mengungkapkan Indonesia memiliki anugerah alam untuk menjawab krisis energi tersebut, yakni melalui pengembangan energi terbarukan (EBT).

"Indonesia adalah jawara produsen crude palm oil (CPO) atau minyak sawit yang mencapai 30 juta ton per tahun. Jumlah produksi CPO ini bisa ditingkatkan dengan pengembangan lahan-lahan kritis di tanah air sebagai kebun energi berbasis kelapa sawit," kata dia.

Diskusi ini dilakukan di Gedung The Energy, SCBD, Jakarta, Sabtu (14/3/2105). Hadir dalam diskusi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan

Arifin mengungkapkan, berdasarkan studi Bappenas, saat ini ada sekitar 82 juta hektar lahan kritis yang dapat dimanfaatkan kembali sebagai lahan untuk menanam kelapa sawit sebagai kebun energi. ‎

Sementara menurut perhitungannya, Indonesia hanya perlu 10 juta hektar saja, agar kebun energi tersebut bisa terealisasi. Sehingga, peluang bagi pengembangan EBT berbasis kelapa sawat sangat terbuka lebar.

Namun demikian, tentu hal tersebut tidak akan mungkin bisa dilakukan, tanpa ada dukungan kebijakan dari pemerintah. Untuk itu, menurutnya, keberpihakan pemerintah adalah kunci utamanya.

"Kita perlu setidaknya 10 juta hektar di antaranya untuk pengembangan green diesel berbasis kelapa sawit. Pengembangan lahan kritis sebagai kebun energi ini mesti diikuti oleh dukungan kebijakan, atau affirmative policy dari pemerintah. Baik dari sisi regulasi terkait‎ konversi lahan kritis tersebut," papar dia.


(dna/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com

00.07 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger