Jakarta - Sony Pictures Entertainment memutuskan untuk membatalkan perilisan film kontroversial 'The Interview', yang menggambarkan pembunuhan fiksi pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un.
Pihak Sony Pictures mengatakan keputusan tersebut diambil setelah jaringan bioskop terbesar di Amerika Serikat menarik diri untuk menayangkan film tersebut dikarenakan adanya ancaman dari hacker.
Sebuah kelompok hacker yang menamakan diri Guardians of Peace telah menyerang Sony Pictures dan merilis email internal melalui eksekutif senior perusahaan.
Kelompok tersebut bahkan mengancam bakal membuat penonton film 'The Interview' mengalami 'nasib buruk', termasuk orang-orang yang tinggal dekat dengan bioskop yang memutarkan film tersebut.
Menurut perusahaan keamanan internet Kaspersky, insiden ini merupakan yang pertama kalinya ancaman cyber bisa dikatakan berhasil. Peretasan ini merupakan contoh nyata situasi dimana hacker benar-benar dianggap sangat serius atau bagaimana ancaman online dapat meningkat ke dunia nyata.
CEO Kaspersky Lab Eugene Kaspersky mengungkapkan, insiden peretasan Sony Pictures Entertainment mungkin yang pertama yang sangat dipublikasikan secara global. Aspek yang paling mengkhawatirkan baginya adalah bahwa kelompok hacker ini mengancam akan melancarkan serangan teror.
"Saya tidak tahu apakah memang ada hubungan antara kelompok ini dan teroris, namun ancaman tersebut tidak menunjukkan bahwa hacker yang bermotivasi politik dapat mempergunakan metode yang digunakan para teroris," kata Eugene.
"Bergabungnya antara kelompok aktivis hacker (hacktivists) dan organisasi teroris tradisional menjadi ketakutan terbesar saya selama bertahun-tahun," lanjutnya, dalam keterangan tertulis yang diterima detikINET, Sabtu (20/12/2014).
Tentu saja, imbuh Eugene, serangan seperti di industri hiburan juga sangat merusak dan mahal, tapi itu mungkin tidak lebih berbahaya seperti serangan terhadap infrastruktur kritis.
Dalam setiap kasus hal tersebut merupakan sinyal yang sangat kuat bahwa bahkan perusahaan hi-tech yang paling canggih pun tidak kebal terhadap serangan hacker, dan kita harus mempersiapkan diri untuk serangan yang sangat serius dan menyakitkan di masa depan.
"Sayangnya, hal tersebut tidak mudah untuk mengatakan industri atau perusahaan mana yang akan menjadi target berikutnya," tandasnya.
(ash/ash)